Senin, 30 Januari 2012

Sejuta Sesal


Kutelusuri lorong-lorong panjang yang sunyi malam ini. Ada sejuta sesal menyusup kerelung hati. Ada sejuta kecewa terpendam dalam dada. Menyeruak kalbuku. Bening air mata menetes dipipiku. Ini untuk yang kedua kalinya suster-suster cantik bertangan lentik memeriksa urat nadiku. Namun gelengan lemah sang suster menguratkan sejuta sesal hatiku.

Ya Allah aku ingin sekali mendonorkan darahku ini buat ayahku tercinta. Ia sangat membutuhkannya. Tapi entah mengapa suster-suster cantik itu tak menemukan apa yang mereka cari. Aku sedih. Hatiku teriris.  Darah kami semua cocok dengan darahmu Ayah, tapi entah mengapa kami tak dapat mendonorkan darah kami untukmu.

Suster cantik itu menyarankan untuk memperbanyak mengerakkan otot-otot tanganku, esok kita periksa lagi itu kata yang tergian ditelinggaku. Kembali sejuta sesal menyusup di dadaku. Lututku ini sudah cukup lelah tuk berjalan menyusuri koridor panjang ini.

Pagi-pagi benar aku menumui suster cantik tuk kembali mencoba mencari apalah aku tak tahu namanya. Suster cantik pun tersenyum lembut. Jemarinya menyentuh lenganku. Untuk kesekian kalinya darahku ditensi bagus hasilnya. Namun….. lagi dan lagi suster itu menggeleng.

Pupus sudah harapan aku tak dapat menyumbangkan darahku sendiri untuk ayahku tercinta. Penyesalanku begitu panjang. Malam gelap ku telusuri lorong-lorong sepi yang seakan turut bertunduk atas sejuta sesal ku. Ayah…. Maafkan aku aku tak mampu menyumbangkan darahku untukmu. Sekali maafkan aku Ayah.

0 komentar:

Posting Komentar

Blog ini DOFOLLOW. Tuliskan comentar Anda, Anda akan mendapatkan blaclink secara otomatis.